HOW ART MADE THE WORD (seri 2)
Film produksi BBC (2005), sebuah dokumenter yang dipandu dr. Nigel Spivey. Prolognya disekitar 3 menit pertama, disampaikan:
“Gambar mendominasi kita. Cerita yang luar biasa tentang bagaimana kita manusia menemukan kekuatan citra, dan bagaimana citra mencipta dunia yang kita tinggali sekarang”
Film berjudul HOW ART MADE THE WORLD, cukup banyak menyajikan nama orang, tempat, teori, angka tahun, dan data-data lain. Sedikit sulit memulai menulis resume dokumenter seperti ini, menyusun dan merangkai gambaran umum atau pun pelengkapnya yang disampaikan dalam film.
Dimulai dengan bertanya-tanya bagaimana kelahiran gambar? Bagaimana itu mungkin terjadi?
Film ini kemudian membahas kegiatan menggambar manusia purba paling awal, di dinding gua. Evolusi tubuh dan otak manusia secara sempurna seperti tubuh kita saat ini terbentuk pada 150 ribu tahun yang lalu. dalam perkembangannya, 35 ribu tahun yang lalu adalah waktu kemunculan gambar pertama kali. Setelah sekitar 100 ribu tahun manusia hidup tanpa gambar, sejarah kemudian mengalami yang dalam film ini disebut 'ledakan kreativitas'. Awal masa itu terjadi di gua-gua Eropa. Sederhanakah gambar-gambarnya? Terlihat dari gambar-gambarnya sepertinya tidak. Bahkan di film disampaikan pendapat Piccaso tentang pencapaian kualitas gambar (gua Pech Morle, Prancis) pada masa lampau tersebut: Piccaso bilang: “kita tidak belajar apa-apa”. Dunia mengetahui pertama kali mengenai lukisan gua melalui bangsawan Spanyol bernama Maria dan ayahnya yang juga merupakan arkeolog amatir, Marcelino De Sautola. Berupa gambar Lembu Ox, di gua Alamira pada musim gugur 1979. Henry Breuil memberikan tanggapan awal soal aktifitas manusia tersebut sebagai aktifitas menggambar objek keseharian mereka, seperti berburu, dan dapat dimengerti sebagai gambar hewan-hewan. Ia berpendapat menggambar sebagai ritual untuk meningkatkan hasil buruan. Sayangnya hewan yang digambar tidak terkait pada kegiatan buru berburu yang ia duga. Misalnya di Spanyol, masyarakat purba mengkonsumsi Kijang bukan Lembu Ox dan di Prancis mengkonsumsi kambing bukan Mamot berbulu atau pun Bison dan Kuda. Analisa terbaru tersebut akhirnya menjadi sebuah pertimbangan.
Lebih jauh, tentang paradigma baru abad ini menegenai kemunculan gambar, kemudian muncul pertanyaan: bagaimana itu semua mungkin? Apa motif dibalik inisitif menggambar mereka? Dan jawaban yang coba diajukan adalah: pengalaman rohani, alam trans, halusinasi, dan bersifat imajiner. Keperluan khusus dianggap sebagai alasan yang menimbulkan inisiatif menggambar mereka. Dari gambar di pegunungan Drakensberg di Afsel, Prof. David Lewis Williams berpendapat gambar-gambar manusia purba, seperti juga suku San, bukanlah gambar keseharian. Ini dipertegas oleh catatan San Bushman sebagai sumber terakhir mengenai prodak visual suku San, yaitu visual-visual yang didapat melalui pengelaman seniman San di dunia trans (tidak nyata). Eland (semacam hewan buruan) digambar dengan posisi terkapar di batu Drakensberg karena merupakan gambaran yang didapat manusia San di dunia trans. Lebih jauh lagi, secara tegas citra tersebut dianggap sebagai sesuatu yang dihasilkan otak dan kemudian diproyeksikan ke dinding. Dan ini berkaitan dengan halusinasi dan budaya. Meski dipengaruhi keseharian yaitu budaya, gambar yang mereka buat bukan gambar alam atau kenyataan. Mereka menciptakan visi mereka, yang bisa juga dibahasakan dengan halusinasi. Budaya dan keseharian berpengaruh pada pemilihan hewan-hewan penting. Misalnya Eland di suku San Afrika, Kuda dan Bison di gua Prancis. Menurut Dominic Ffytche, psikiater di London, menggambar di Gua memiliki kecenderungan yang sama dengan kondisi Trans. Otak manusia memiliki bagian visual yang memungkinkan seseorang mendapatkan halusinasi. Di gua, informasi pada system visual yang sedikit masuk ke otak tapi dibarengi banyak subjek, mengakibatkan didapatnya visual-visual abstrak sperti yang digambar manusia purba. Halusinasi mengalami perkembangan pada benda-benda yang dianggap penting dan hadir dalam budaya si manusia purba. Karena halusinasi ini bersifat 2 dimensi, manusia purba menghadirkan pengalaman tersebut dan mampu menggambarkannya dengan baik.
Dan 12 ribu tahun yang lalu masa dimana manusia berhenti melukis didalam gua, di Turki Selatan bukit Gilbeklitapey menjadi lokasi terjadinya revolusi agrikultur. Perlunya menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak untuk membangun monument pemujaan. Puingnya penuh gambar dikarenakan sumbangan imajinasi masa-masa sebelumnya, lukisan gua. Artinya setelah cara membuat diketahui, gambar akan berkembang. Kegiatan menggambar telah terukir di otak. Meski begitu, dijelaskan juga bagaimana tempat menjadi penting dalam kegiatan menggambar. Disampaikan juga, gambar di Gilbeklitapey sangat lebih jelas terlihat pada malam hari dengan penerangan api.
Kemudian ada kalimat-kalimat yang menarik diakhir film:
“Karya seni telah berkarakter kuat di otak manusia sehingga membawa perubahan terbesar dalam sejarah manusia. Kini dunia modern kita didominasi oleh gambar-gambar, dengan cara yang tak pernah terbayangkan oleh nenek moyang kita. Apa kata mereka pada citra yang berpengaruh, yang dipancarkan keseluruh dunia dan dilihat oleh jutaan orang? Tapi tak satupun ini akan terjadi tanpa orang ribuan tahun lalu mendapat ‘wahyu’ bahwa garis, bentuk, dan warna dapat menangkap dunia.”
Film dokumenter ini memang menghadirkan suatu perspektif kritis mengenai kehadiran bentuk rupa dalam aktifitas dan hidup manusia. Harus diakui bentuk-bentuk visual merupakan unsur penting dalam setiap perubahan yang terjadi. Film ini tentu bisa menambah daftar pertanyaan kita misalnya saja bagaimana posisi kehadiran visual saat ini. Film ini dan segala konten-nya tentu merupakan sumbangan berharga untuk perkembangan lebih lanjut tentang studi visual.
http://bunxu.multiply.com/journal/item/8
0 komentar:
Posting Komentar